Terbentuk pada tahun 2014, Film Maker Muslim atau masyarakat biasa menyebutnya FMM merupakan sebuah channel youtube yang menjadi pelopor pembuatan film bertemakan islami. Pada kesempatan ini, FMM menggandeng Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Antar Bangsa dalam pembuatan cerita Web Series yang digelar secara luring di Gedung STMIK Antar Bangsa Tangerang pada Senin-Selasa (20-21 Desember).
Komunitas yang berpusat di Kota Tangerang tersebut mulai mencuat namanya sejak film Cinta Subuh dirilis. Sejak film itu pertama kali diluncurkan di Youtube, film yang telah dirilis di akhir tahun 2014 tersebut telah menorehkan prestasinya dengan meraup sebanyak tiga juta penonton di Youtube pribadi miliknya.
Respon yang positif itu membangkitkan gairah komunitas FMM untuk terus menghasilkan karya film lain. Kini, sudah puluhan film pendek yang berjudul; Istri Paruh Waktu, Shalawat Cinta, Valentine Sudah Basi, Web Series Ramadhan Cantik, Seperti Khadijah, Siksa Kubur, dan masih banyak karya lainnya. Mereka juga telah membuat film layar lebar berjudul Mengejar Halal. Tidak hanya film, mereka juga telah menerbitkan novel yang berjudul Taaruf Rasa Pacaran.
Pada pernyataannya, Muhammad Amrul Umami selaku Sutradara FMM menerangkan bahwa kegiatan project web series ini mengangkat latar belakang tentang tiga sahabat yang memiliki mimpi dan cita yang sama.
“Akhirnya pas tahun ini ketemulah ide dengan ustadz Tarmizi, ide bahwa kita bikin mini series bareng FMM dan STMIK Antar Bangsa. Kita coba riset dan akhirnya ditemukan cerita bagaimana kalo ngangkat tentang tiga orang sahabat yang punya satu mimpi yang sama, mimpinya untuk mewujudkan passion mereka, tentunya yang sesuai dengan visi dan misi serta valuenya STMIK Antar Bangsa,” ungkap Amrul saat dimintai keterangannya di kampus STMIK Antar Bangsa pada Selasa (21/12).
Lebih lanjutnya, ayah dari dua orang anak itu mengungkapkan mengenai persiapan yang mereka siapkan dalam pembuatan web series ini. Amrul mengakui, pembuatan project ini dikerjakan dalam waktu satu pekan.
“Untuk syuting web seriesnya dua hari, tapi untuk persiapannya itu sekitar seminggu. Mulai dari riset, penulisan naskahnya, terus praproduksinya, hingga persiapan syutingnya,” lanjut ia.
Selama menjalani kegiatan syuting di lingkungan STMIK Antar Bangsa, Amrul mengakui kesannya selama berada di lokasi syuting. Ia mengungkapkan bahwa kampus STMIK Antar Bangsa berbeda dengan kampus lainnya. Tidak hanya kesan dunia yang didapat, namun akhirat pun dapat ia rasakan.
“Ada dialog di web series ini yang menurut saya berbeda antara STMIK Antar Bangsa dengan kampus-kampus lain. Jadi misalnya kalo di sini kita akhiratnya dapat, dunianya juga dapat. Jadi kerasa waktu syuting di sini. Semoga kedepannya dengan web series ini ada kelanjutan-kelanjutannya lagi, terus kita juga banyak mengkolaborasi juga dengan tim dari STMIK Antar Bangsa,” ucap Amrul dalam penjelasannya.
Selain itu, ia berpesan juga kepada seluruh mahasiswa agar tetap semangat dalam meraih mimpi dan cita. Dan tidak lupa untuk tetap mensinergikan mimpi tersebut dengan niat karena Allah.
“Yang pertama jangan takut untuk bermimpi tinggi. Terus kejar apapun hambatannya, apapun rintangannya, insya Allah pasti akan ada jalan. Dan jangan lupa untuk mensinergikan mimpi tersebut lillahi ta’ala, jadi kita gak cuman dunianya dapat, tapi akhiratnya juga,” tutupnya.
Film-film yang digarap FMM tidak melulu bertema cinta dan religi. Beberapa film mereka ada pula yang bertema universal. Pada moment ini, FMM menyatukan dua tema itu di dalam cerita web series STMIK Antar Bangsa melalui tiga pemeran utamanya. Rencananya, web series ini akan mulai diluncurkan dalam waktu dekat melalui akun youtube Film Maker Muslim – FMM Studios dan Antar Bangsa Daqu.